PAGARALAM, LhL, Minggu, 4 Desember 2016, diversifikasi tanaman dari tanaman kovensional ke berbagai jenis tanaman yang bernilai ekonomis mutlak harus dilakukan, namun kendalanya adalah tidak mudah merubah pola pikir para petani konvensional tersebut.
Diversifikasi tanaman sangatlah penting dilakukan, untuk menyelamatkan ekonomi rumah tangga para petani dari anjeloknya harga komudity pertanian tertentu yang tidak terduga,
Misalnya, harga karet yang menguasai hajat hidup mayoritas petani di Sumatera Selatan anjelok dari rp 22.500 menjadi pada kisaran Rp.4.500. Akibatnya kehidupan 560 ribu lebih Keluarga petani karet di Sumatera Selatan ekonominya menjadi morat marit, karena mereka menggantungkan ekonomi rumah tangga pada satu jenis tanaman saja.
Baru saja terjadi boooming singkong racun yang harganya mencapai rp 1,250 / kg, di mana para petani singkong racun sakunya jadi tebal. Tba-tiba harganya anjelok pada kisaran rp 250 /kg, membuat petani singkong racun menjadi merana pusing tujuh keliling, impian dapat uang banyak menjadi sirna.
Berbagai komuditas pertanian di saat tertentu harganya anjelok tajam, kalau petani hanya menggantungkan ekonomi rumah tangganya hanya pada satu jenis komuditas pertanian tertentu saja, maka akan berdampak sangat menyedihkan. Ekonomi rumah tangga menjadi morat marit, tak jarang anak putus sekolah, utang bertanbah, lahan pertanian teejual, sungguh sangat menyedihkan.
Sudah saatnya pemerintah memberi penyuluhan, bantuan, contoh karya nyata pada para petani, agar nerubah pola tanam yang selama ini tergantung pada satu jenis tanaman menjadi berbagai jenis tanaman yang bernilai ekonomi tinggi.
Penyululuhan kepada para petani tidak cukup dengan bicara, himbauan dan teor. Petani akan sangat mudah menerima manakala diberikan contoh nyata dan dibantu mengatasi kesulitan yang mereka hadapi.
Di Desa Pamasalak, Kecamatan Jarai, dengan waktu tempuh 20 menit dari Kota Pagaralam, seorang sarjana pengusaha muda sukses di Jakarta, berani pulang kampung meninggalkan usahanya di Jakarta untuk bertani Jamur Tiram di desa.
Hasilnya sangat menjanjikan, awalnya mencoba beberapa polibek dengan hasil pada kisaran 10 kg perhari, dipasarkan di sekitar Jarai dan Kota Pagaralam, dan laris manis.
Saat ini budidaya jamur tiram yang ditekuni Rizal Besemah, sudah berkembang menjadi budidaya bibit, sudah berhasil membuat bibit sendiri, dan berkembang menjadi ribuan polibek. Bahkan hasilnya sudah ratusan kg perhari,
Usaha pertanian budidaya jamur ini tidak perlu lahan yang luas, padat tenaga kerja dan cepat nenghasilkan uang, karena dalam tenggat waktu 45 hari sudah panen dan langsung dipasarkan, hingga pembelinya yang jemput bola.
Saat ini, produksi jamur Rizal Besemah ini, sudah mencapai ratusan Kg perhari, namun belum mampu untuk mencukupi permintaan pasar di Jarai, Pagaralam, dan Lahat. Untuk harga, satu Kg dipasarkan Rp 27,500 dapat dibayangkan berapa hasil perhari yang diperolehnya,
Disamping menyerap tenaga kerja lokal yang cukup banyak, Rizal Besemah menularkan pengetahuan budidaya jamur kepada masyarakat sekitar, dan juga membimbing masyarakat dengan pola bagi hasil yang sangat menguntungkan.
Jamur Tiram ini, selain dimasak dengan berbagai menu, juga sangat lezat kalau digoreng dengan diberi tepung dan bumbu tertentu, serasa daging ayam goreng. Lebih nikmat lagi, kalau disantap bersama minum kopi asli Pagaralam yang aromanya aduhai.
“Pernah saya bersama melakukan penyuluhan cara bertani jamur tiram kepada para petani, dengan pola ngopi bersama. Saat menikmati hidangan kopi di teras rumah di desa dengan para tetangga, dikeluarkanlah hidangan yang lezat sambil ngobrol santai, petani bertanya, daging ayam apa ini yang enak sekali..?”, kata Rizal.
Dengan pertanyaan itu, barulah obrolan diarahkan ke jamur tiram hingga ke cara nanam, prosfek pasar, dan lain lain. Singkat cerita petani tertarik, dan pingin diajari cara menanam, masuklah pola tanam bagi hasil,
“Demikianlah cara penyuluhan yang efektif yang kami pakai, petani senang kalau mereka tidak merasa digurui, tapi dengan karya nyata’, imbuhnya, lagi.
Photo/Naskah : (Repi Black)
Editor : (UJANG, SP)
Adapun susunan pengurus komunitas petani jamur titam ini, sebagai beeikut.
Susno duadji : Ketua Umum TP Sriwijaya, Ketua Komite Pamantau Pengawas Pertanian Indonesia : Datuk Patani Sumsel, Penasehat Syarikat : Dagang-SI