Related Articles
Author : Armansyah
PAGAR GUNUNG, LhL – Tujuan pemerintah pusat maupun di daerah menggelontorkan anggara ln ke sejumlah sekolah melalui berbagai programnya, tidak lain adalah untuk meringankan beban para walimurid dalam membiayai anaknya menuntut ilmu, dan juga demi kelancaran proses belajar mengajar di sekolah itu sendiri.
Namun faktanya berbeda, dunia pendidikan di Kabupaten Lahat nampaknya semakin menunjukkan kebobrokkanya. Pasalnya, di SMA Negeri 1 Kecamatan Pagar Gunung, hanya karena belum bisa membayar uang Lembar Kerja Siswa (LKS) dan belum melunasi iuran komite, tak kurang dari 16 siswa diusir oleh gurunya dari sekolah.
Ironisnya lagi, peristiwa ini terjadi di saat proses Ulangan Akhir Semester (UAS). Akibatnya belasan siswa tersebut terpaksa tidak mengikuti proses UAS yang berlangaung.
Yurman (18), salah seorang siswa asal Desa Kupang Kecamatan Pagar Gunung menceritakan, saat pengusiran terjadi ia dan rekannya baru saja mau masuk ke sekolah, namun mereka sudah diusir oleh guru.
“Kami disuruh kumpul sulu oleh guru, kemudian guru mengumumkan kepada kami bahwa bagi siswa yang belum lunas duit kumite berupa bayaran sekolah, buku LKS, dan bayaran baju serta atribut sekolah lainnya, maka tidak bisa mengikuti ulangan akhir semester. Kami pun harus lunasi dulu semuanya, itu jika mau ikut ulangan”, tutur Yurman, sembari menirukan kata kata gurunya.
Adanya pengusiran terhadap belasan siswa di sekolahmya ini, Kusma Wati, S. Pd selaku kepala sekolah menerangkan, bahwa sebelumnya pada pada hari Senin pekan lalu pihaknya sudah memberitahu anak murid, yang intinya bagi yang belum melunasi duit kumite harus dilunasi dulu. Jika belum ada, pibaknya minta agar orang tua atau wali murid datang ke sekolah untuk memberikan solusi.
“Nah hingga hari senin sekarang ini, masih belum ada wali murid tersebut yang datang. Sehingga siswa yang belum lunas duit komite kami suruh pulang untuk panggil orang tuanya, agar bisa datang besok hari Selasa tanggal 29 mei 2017, supaya kami pihak sekolah tahu bagaimana solusi dari wali murid. Takutnya nanti sudah dikasihkan oleh orang tuanya, tapi tidak dibayarkan oleh anaknya ke sekolah. Bahkan gara gara uang komite belum dibayar, para guru honorer juga belum di bayar”, terang Kusma, saat dibincangi pewarta di ruang kerjanya, Senin (29/5).
Kendati demikian, kata Kusma, pihaknya masih tetap menanti kedatangan para wali murid ke sekolahnya, guna mencari solusi bagaimana caranya persoalan iuran dan dana beli LKS serta atribut sekolah lainnya itu.
“Masalah ulangan itu bisa disusulkan. Yang penting orangtuanya datang dan membayar dana tersebut”, ungkap Kusma.
Sementara itu, setelah berulang kali dikonfirmasi pada sejumlah nomor telepon yang berbeda, Drs Sutoko, M. Si selaku Kepala dinas pendidikan tidak meberikan jawaban.
Sedangkan Drs Cholmin Heryadi, M. Pd selaku sekretarisnya hanya dapat memberikan jawaban singkat terkait perlakukan pibak sekolah berbau pungli di SMA ini.
“Di sekolah mana, Pak..? Nanti akan kami cek dulu”, jawabnya singkat.
Sementara itu, saat berita ini diterbitkan beberapa murid SMA N 1 Pagar Gunung, hanya bisa duduk diam saja di sekitar kebun karet di lingkungan sekolah.
Editor : Ron
Baca Berita Sebelumnya :
http://lahathotline.com/2017/05/24/beberapa-siswa-sman-1-pagun-terancam-tidak-ikuti-uas/