Home / LAHAT METROPOLIS / Kecamatan Mulak Ulu / KISAH DALAM KARYA JEMARI 8 PEREMPUAN MULAK YANG PERKASA

KISAH DALAM KARYA JEMARI 8 PEREMPUAN MULAK YANG PERKASA

MULAK ULU, LhL – Sungguh merupakan sebuah perjuangan yang sangat luar biasa, jika selama puluhan tahun sudah bergelut dengan bebatuan dan air hanya untuk mendapatkan sesuap nasi demi menyambung nyawa dan keberlangsungan hidup keluarga. Terlebih lagi, kalau pekerjaan tersebut dilkukan oleh jari jemari kekar para kaum hawa (Perempuan) yang semestinya jari tersebut lembut dan gemulai.

hh

Berdasarkan penelusuran pewarta media Lahat Hotline dilapangan, tak kurang dari 8 orang ibu rumah tangga di Desa Geramat, Kecamatan Mulak Ulu, Kabupaten Lahat yang sudah memasuki kurun waktu 10 tahunan mengambil koral (Batu kecil) di Sungai Air Mulak.

Kendati jarak yang harus mereka tempuh adalah sepanjang 2 Kilometer dari tempat penumpukan koral tersebut, namun demi membantu suami mencari nafkah dan kebutuhan keluarga, mereka ikhlas tanpa mengeluh dan terus bersemangat. Bahkan tak jarang para perempuan perkasa ini menjalin mimpi, memohon kepada Tuhan dan berucap berjuta harapan tentang masa depan anak anak mereka kelak setelah tamat sekolah.

Oleh ibu-ibu yang mayoritas bersuamikan petani ini, koral yang mereka ambil di Sungai Mulak dan dibawa dengan menggunakan keranjang ini, kemudian dijual ke beberapa desa di Kecamatan Mulak Ulu. Tergantung siapa dan darimana orang yang memesannya. Hanya saja setelah ada yang memesan, koral ini diangkut menggunakan mobil dengan cara menyewa, namun mereka juga harus memasukkan sendiri koral tersebut ke dalam mobil dan lalu menurunkannya lagi setelah tiba di lokasi pemesan.

Baca Juga  Danramil Kota Agung Kawal Pelayanan Vaksinasi di Desa Geramat

Menurut penuturan Marshel (42), salah seorang perempuan perkasa yang dimaksud, pekerjaan seperti ini harus ia lakukan. Sebab kata dia, jika tidak bekerja seperti ini, maka tidak menutup kemungkinan  kebutuhan pokok keluarga mereka tidak akan terpenuhi. Makanya dia mengaku sangat rela melakukan pekerjaan seberat ini.

“Ya…, mau bagaimana lagi coba. Saya ini menghidupi dan membiayai anak saya yang sekarang masih sekolah. Sedangkan suami saya sudah tidak bisa lagi melakukan pekerjaan apapun karena mengalami sakit lumpuh. Jadi mau tidak mau setiap hari saya harus mencari nafkah, untuk memberi anak dan suami saya makan”, ungkap Marshel, mengisahkan derita dalam kehidupannya, saat di wawancarai pewarta Lahat Hotline, Selasa (27/9).

Ternyata dibalik kesibukan mereka dalam melakukan pekerjaan seberat itu, tersimpan berbagai harapan dan impian. Tak jarang disela sela obrolan kala rehat, Marshel bersama teman temannya berharap, semoga mereka bisa tabah dalam menjalani kehidupan yang sudah di takdirkan ini. Selama mereka masih bisa mencari nafkah, mereka tidak akan pernah menyerah.
“Saya dan teman saya harus terus semangat demi memenuhi kebutuhan pokok kami, semoga anak~anak kami nanti bisa sukses tidak bernasib seperti orang tuanya”, ucapnya dengan mata yang berkaca kaca dan penuh harap.

Menyedihkan lagi, ketika cuaca hari sedang tidak bersahabat. Tak jarang mereka hanya bisa saling pandang dan termenung saja di lokasi pengambilan batu koral, jika sedang turun hujan. Sebaliknya, kalau sedang tengah terik matahari mereka pun harus beristirahat, karena takut pingsan jika harus menggendong beratnya batu dari jarak yang sangat jauh dengan keringat yang bercucuran.

Baca Juga  BPMD LAHAT BEKALI PERANGKAT DESA DENGAN TEKNIK PANTAU ADD

“Paling paling kalau pas lagi hujan turun kami istirahat dulu. Malah jika sedang panas terik, kami tiduran di lokasi ini sambil bercengkarama sesama ibu ibu yang lain. Tapi bagaimanapun nasib kami ini sama dan kami tidak akan menyerah serta selalu semangat demi kebutuhan keluarga dan masa depan anak anak kami. Walaupun cuaca hari tidak bisa di pastikan. Kadang hujan dan kadang panas, namun kami para ibu sebanyak 8 orang ini harus kompak dengan semangat dalam melaksanakan pekerjaannya”, tutur ibu yang lain, dengan muka berkeringat dan rona yang penuh welas.

Terpancar sedikit sinar kegembiraan, saat awak media mengambil gambar delapan wanita perkasa ini. Menurut mereka tak banyak orang yang perduli dengan kisah kehidupan orang orang seperti mereka. Dengan diangkatnya kisah penderitaan yang menghinggapi kehidupan mereka ini, maka mereka merasa berartinya kehadiran mereka dalam hiruk pikuknya dunia dan dalam segala keterbatasan keluarganya. “Alhamdulillah, ada saja orang yang perduli dengan mengangkat cerita tentang kehidupan kami ini”, imbuh Marshel, mengakhiri obrolan sembari melambaikan tangannya dari atas mobil pengangkut batu.

Liputan Exlusive

Photo/Naskah : (MAN)

Editor                   : (UJANG, SP)

Check Also

Camat Mulak Ulu Monev Realisasi Dana Desa Tahap 1 di Desa Datar Balam

Author : Ivi Hamzah MULAK ULU, LhL – Sehubungan dengan telah memasuki tahun 2024, Forum …

SMM Panel

APK

Jasa SEO