Author : Toni Ramadhani
PAGARALAM, LhL – Harga buah kopi kering di Kota Pagaralam, Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) mengalami penurunan signifikan dari sebelumnya Rp70 ribu menjadi Rp67 ribu per kilogram, bahkan bisa lebih rendah tergantung kualitas.
Kondisi ini membuat para petani kopi di wilayah perbatasan Pagaralam dan Kabupaten Lahat, hingga Kecamatan Pajar Bulan, mulai mengeluhkan pendapatan mereka yang kian menyusut.
Ismail (35), seorang petani kopi yang berkebun di wilayah perbatasan Kota Pagaralam dan Kabupaten Lahat, mengaku hanya bisa menjual hasil panennya seharga Rp66 ribu per kilogram meskipun kualitas kopinya cukup baik.
“Saya jual minggu lalu ke pengepul cuma dihargai Rp66 ribu. Padahal sebelumnya bisa sampai Rp70 ribu. Jelas ini sangat berpengaruh ke penghasilan kami,” ujar Ismail.
Hal senada juga disampaikan Udin (56), petani asal Kecamatan Pajar Bulan Ia mengaku harga jual biji kopi saat ini sangat fluktuatif, tergantung kondisi dan kualitas hasil panen.
“Dalam beberapa minggu ini saya sudah jual beberapa kali, paling tinggi cuma Rp69 ribu, paling rendah Rp65 ribu. Jadi ya, sangat bergantung kualitas dan siapa yang beli,” katanya.
Sementara itu, Ivan Toink seorang pengusaha pengepul biji kopi di Pagaralam, membenarkan adanya penurunan harga.
Ia mengatakan pihaknya membeli kopi kering dari petani dengan harga bervariasi, tergantung kualitas yang diminta oleh pembeli besar atau toke.
“Kami beli Rp67 ribu untuk kualitas yang bagus. Tapi kebanyakan yang datang kualitasnya masih standar, jadi hanya kami hargai Rp65 ribu. Kami juga ikut permintaan pasar,” jelas Ivan.
Para petani berharap pemerintah maupun asosiasi kopi setempat bisa membantu menstabilkan harga dan meningkatkan mutu hasil panen agar daya jual tetap kompetitif di pasar nasional maupun ekspor.
Editor : RON