HIMBAU
sum
HUT
NARKOBA
Home / LAHAT / Kecamatan Kikim Tengah / Curhat, Catatan Derita Guru Honorer di Sebuah SMP di Kikim Tengah
PUSPITA PUTRI MULIA, S. PdI Guru Mapel Agama Islam di sebuah SMA di Kikim Area

Curhat, Catatan Derita Guru Honorer di Sebuah SMP di Kikim Tengah

Oleh :

Puspita Putri Mulia

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh….

Izin speak up, menceritakan kisah yang saya alami sendiri ketika saya honor di salah satu SMP di Kecamatan Kikim Tengah.

Tahun 2013 silam, saya mulai honor. Awalnya semua berjalan dengan baik dan saya mendapatkan kenyamanan di sana, bertemu dengan orang-orang baru.

Pada saat itu, kurikulum masih dipegang oleh Bapak Riswan Sarjana Pendidikan. Kemudian gejolak itu muncul, ketika kurikulum dipegang oleh J juga Sarjana Pendidikan.

Sebelumnya, ketika beliau belum menjabat sebagai Waka Kurikulum, saya telah merasakan dengan sendirinya kearogansian beliau ketika menghadapi sebuah masalah yang terjadi di lingkungan dunia pendidikan pada saat itu.

Jika rapat tengah membahas masalah yang terjadi, dia dengan arogansinya mencercah saya. Saya di tengah-tengah rapat di hadapan teman-teman seperjuangan sama guru ditunjuk-tunjuk oleh beliau dengan arogan, sering mengatakan “Kamu itu masih honor, sedangkan saya sudah PNS. Jadi jangan sok, ya..”

Kata-kata itu yang saya dengar keluar dari mulut seseorang yang katanya sarjana, seorang katanya pendidik. Saya mau berontak pada saat itu, tapi saya berpikir kepala sekolah yang hadir di tengah-tengah kami pada saat itu saja, tidak bisa bersifat netral.

Jika saya meladeni atas apa yang beliau lakukan terhadap saya, saya makin terpojok. Padahal saat itu, saat itu beliau belum menjabat sebagai Waka Kurikulum, beliau masih menjabat sebagai pembinaan osis.

Kemudian saya mengalami hal-hal yang berulang kembali, beliau memperlihatkan kearogansinya ketika menjabat sebagai Waka Kurikulum. Yang mana notabennya saya Sarjana Pendidikan Agama Islam, tidak mendapatkan Mapel Pendidikan Agama Islam untuk saya ajarkan kepada anak-anak. Saya malah diberikan beliau Mapel PPKN, sedangkan Mapel Pendidikan Agama Islam beliau berikan kepada guru yang baru masuk, guru baru yang baru selesai tamat kemudian masuk. Dan guru tersebut basicnya bukan Sarjana Pendidikan Agama Islam Mapel yang seharusnya diberikan kepada saya, diberikan kepada guru baru yang notabennya bukan Pendidikan Agama Islam.

Baca Juga  H-9 Pilkada, Benarkah Timses Cik Ujang Sudah Mulai Bagi-bagi Duit..?

Saya diam di situ, karena saya tahu dia punya kuasa. Padahal kami guru Mapel Pendidikan Agama Islam ini, setiap satu semester itu harus laporan di Depag dan harus mengajar Pendidikan Agama Islam agar memudahkan kami jika nanti ada insentif dari Depag kalau kami mengajar sesuai jurusan kami.

Dari situ saya sudah melihat, bahwasanya dia mulai memainkan perannya untuk menghambat saya dengan tidak memberikan Mapel Agama kepada saya.

Boleh tanya kepada teman-teman tentang kerja saya, bagaimana kinerja saya ketika menjabat sebagai tenaga pendidik di SMP tersebut.

Saya bukan seolah-olah membanggakan diri, saya bekerja sesuai dengan aturan, saya datang ketika teman-teman yang lain belum ada yang datang, boleh tanya dengan teman-teman yang lain.

Jadi kalau beliaupun mengurangi jam mengajar saya yang sebelumnya, boleh dilihat secara profesional melihat kinerja saya, itu mustahil. Boleh dicek, bagaimana saya bekerja. Maka dari itu, saya berpikir bahwasanya beliau hanya ingin memojokkan dan menjatuhkan saya saat itu.

Tidak hanya sampai di situ, begitu banyak kearogansian yang beliau lakukan, jika memang ingin saya urutkan. Tidak hanya melalui dunia nyata, tapi dunia maya beliau begitu arogan mengatakan bahwa saya sebagai orang gila, orang yang memang orang gila yang sedang diusahakan untuk dikeluarkan dari instansi tersebut.

Baca Juga  Dua Jempol untuk Firdaus, Suara Daerah yang Menggema di Dunia

Saya dianggap sebagai pegawai rendahan yang hanya membuat instansi tersebut malu, padahal tidak ada satu bukti yang beliau punya atas kinerja saya yang terlihat buruk. Dari situ juga saya melihatkan bahwasanya dia mulai memainkan kearogansiannya. Saya berharap, ada masanya kearogansian beliau dapat dihentikan.

Pada saat itu, saya merasa bahwasanya saya tidak mempunyai power, saya tidak bisa melakukan pembenaran atas apa yang saya rasakan. Karena saya merasa bahwasanya teman-teman pun rekan kerja saya di sana berada di bawah tekanan dengan kekuasaan yang J punya yang berhasil membungkam teman-teman untuk berada di pihak saya.

Jadi, walaupun saya melakukan pembelaan sekuat apapun itu, tidak akan berhasil, karena status saya di situ sebagai guru honorer. Yang saya lakukan hanya satu, saya berdoa kepada Allah Tuhan yang Maha Esa, saya percaya bahwasanya ada pelangi dalam ketika mendung hingga akhirnya, Alhamdulillah.

Coppy Diary Rabu 20 Maret 2024

Hikmah :

Berkat ketabahan dan keuletan dirinya dalam mengikuti proses berbagai rintangan dan cobaan demi meraih cita-cita untuk menjadi seorang guru yang profesional, Penulis sekarang berhasil dan diangkat menjadi guru PPPK dan ditempatkan di salah satu SMA di Kikim Area.

Check Also

Dukung Kegiatan Edukasi Keuangan Pemdah BS Bekerjasama Dengan Pihak OJK.

Author : YESYBENGKULU SELATAN, LhL – Pemerintah Kabupaten Bengkulu Selatan Melalui Tim Percepatan Akses Keuangan …

SMM Panel

APK

Jasa SEO