Author : Ujang
LAHAT, LhL – Dugaan praktik Pungutan Liar (Pungli) di SMP Negeri 1 Kikim Tengah, Kabupaten Lahat semakin hangat dibahas sejumlah media online dan para Aktivis yang peduli terhadap dunia pendidikan di Kabupaten Lahat.
Hari ini, Sabtu (23/3/24), personil DPD Lapisan Pemantau Situasi (Lapsi) Lahat mendatangi sekolah dan mencoba mengkonfirmasi isyu negatif tersebut kepada Kepala Sekolah (Kepsek). Namun Kepseknya, Jimi Darwin justru melontarkan kata-kata bernada menantang pada Tim Investigasi Lapsi.
Diceritakan Meriansyah selaku Investigator sekaligus Sekrataris Lapsi, bahwa kedatangan mereka ke sekolah itu tidak lain hanya untuk mempertanyakan dan klarifikasi kabar Pungli yang beredar di media massa.
“Ya, kami bersama teman-teman datang untuk mempertanyakan isyu Pungli di sekolah itu, seperti yang diberitakan di media massa”, ungkap Meri.
Setibanya di sana (SMPN 1 Kikim Tengah), sambung Meri, mereka mendapati situasi sekolah yang sudah mulai sepi. Hal ini dikarenakan siswa sedang ulangan.
Melihat kondisi itu, Meri dan rekannya kemudian bertanya pada para guru yang baru saja akan meninggalkan sekolah.
“Kemudian, kami mempertanyakan keberadaan Kepsek kepada guru. Guru, pun menjelaskan bahwa Kepsek sudah pulang, karena lagi ulangan jadi cepat pulangnya. Kalau tadi, ada Kepseknya kata guru tersebut”, terang Meri.
Karena ingin berkomunikasi langsung dengan Kepseknya, Ketua DPD LSM Lapsi Kabupaten Lahat, Khoiri menambahkan bahwa mereka meminta agar salah satu guru menghubungi Kepsek melalui HP.
Alhasil, telepon nyambung dan komunikasi bisa langsung dengan Jimi Darwin. Namun mengejutkan, ketika persoalan dugaan Pungli mulai dibahas via telepon itu, Jimi justru menjawab dengan nada tinggi dan dan ketus.
“Laporkan saja”, ujar Khoiri menirukan ucapan Jimi.
Jawaban bernada tantangan itu, membuat pentolan Lapsi ini tak tinggal diam. Menurut Khoiri, pihaknya akan serius mendalami dugaan Pungli tersebut dengan melayangkan Surat Somasi pada Kepsek.
“Tentunya kami tidak tinggal diam terkait hal ini. Surat klarifikasi dan konfirmasi sudah kami sampaikan langsung dengan pihak keluarga yang bersangkutan. Kalau 3×24 jam tidak ada jawaban dari pihak sekolah, maka akan kami lanjutkan ke Aparat Penegak Hukum (APH). Kebetulan tadi kami sudah berkoordinasi dengan pihak Kejaksaan Negeri (Kejari) Lahat”, tegasnya.
Sebelumnya, diuraikan Khoiri, pihaknya mendapat informasi yang beredar dari media massa, bahwa pihak sekolah SMP Negeri 1 Kikim Tengah diduga telah memungut uang organisasi pembina Osis Rp,5000 perminggu, pembina drumband Rp 2000 perminggu, pembina pramuka Rp 2000, perminggu dan uang program P5 seni tari Rp 2.000,- perminggu.
Kemudian ada lagi uang kas kelas Rp.5.000 perbulan dan Rp.170.000,- untuk cat lapangan dan kelulusan siswa Rp.170.000,-.
“Jika cuma satu siswa, memang uang itu sedikit. Tapi kalau dikalkulasikan dengan jumlah siswa dan durasi pungutan yang dikutip selama praktik itu berlangsung, maka sudah bisa dibayangkan berapa besar jumlah uangnya. Ini tidak bisa didiamkan, karena tidak semua orangtua siswa di sekolah itu mampu. Banyak wali murid di sana untuk makan sehari-hari saja, harus berjuang mencari dulu. Makanya ada yang berani bersuara, karena mereka sudah tak tahan dengan pungutan yang dilakukan melalui bermacam-macam program itu”, tutupnya.
Editor : RON