Home / REGIONAL / MUARA ENIM / Warga Empat Desa di Muara Enim Protes, Minta Setop Operasional Pelabuhan Jetty Musi Prima Coal

Warga Empat Desa di Muara Enim Protes, Minta Setop Operasional Pelabuhan Jetty Musi Prima Coal

Author : SMSI

MUARAENIM, LhL – Rencana perusahaan, PT Musi Prima Coal (MPC) yang ingin mengaktifkan kembali pelabuhan bongkar muat batubara miliknya yang berada di Desa Dangku, Kecamatan Empat Petulai Dangku, Muara Enim mendapat protes warga.

Pasalnya, gelombang kapal tongkang yang mengangkut batubara dikhawatirkan bisa menyebabkan abrasi di wilayah yang dilintasinya.

“Informasinya saat ini perusahaan sedang mengajukan izin operasional kembali pelabuhannya. Sebab, sudah ada beberapa kapal yang beroperasi meskipun tanpa muatan,” kata Seno, salah seorang warga Desa Siku saat dibincangi wartawan.

Dia mengatakan, aktivitas tongkang batubara yang melintasi Sungai Lematang dikhawatirkan dapat berdampak terhadap wilayah di pinggiran sungai. Terlebih lagi, sekitar dua pekan lalu, salah satu jalan penghubung antara Desa Dangku dan Desa Siku mengalami amblas akibat arus Sungai Lematang yang deras.

Baca Juga  Sekda Apriyadi : Raimuna Ajang Tingkatkan Kemampuan Anggota Pramuka

“Khawatirnya nanti amblas lagi. Soalnya gelombang dari kapal akan mengancam tanah yang ada di pinggiran sungai,” ucapnya. Menyikapi itu, sejumlah warga dari empat desa/kelurahan di Kota Prabumulih dan Muara Enim, Senin (9/3) lalu, mengajukan protes ke pihak perusahaan.

Keempat wilayah yang dimaksud yakni Kelurahan Payu Putat dan Gunung Kemala, Prabumulih serta Desa Siku dan Desa Dangku Kabupaten Muara Enim. Mereka sempat menyetop aktivitas uji coba pelabuhan yang sedang dilakukan perusahaan. Kapal tongkang tanpa muatan yang sedang melakukan perjalanan bahkan diminta untuk menepi.

Baca Juga  Kebut Izin Pembangunan Jaringan Listrik dan Fasum di Hutan Kawasan, Sekda Apriyadi Jemput Bola ke Kementerian LHK

Zulkarnain, salah seorang tokoh masyarakat di Kelurahan Payu Putat, Prabumulih mengatakan, protes yang dilakukan warga bukan tanpa alasan. Sebab, tanpa adanya aktivitas tongkang saja, sudah banyak wilayah di pinggir Sungai Lematang yang terkena abrasi. Apalagi jika nantinya rencana pengangkutan batubara menggunakan tongkang sudah berjalan.

“Kalau setiap hari dilintasi tongkang, pastinya gelombang air menjadi besar dan dapat merusak wilayah pinggiran sungai. Inilah yang kami khawatirkan,” katanya.

Editor : Ron

Check Also

Mobilnya Dibakar, Advokat Wisnu Mengaku Tetap ‘Gasfull’ Kasus yang Ditanganinya

# Terungkap, Advokat yang Mobilnya Dibakar OTD, Ternyata Tangani Kasus Ini dan Sempat Hendak Berunjuk …

SMM Panel

APK

Jasa SEO