LAHAT, LhL – Kondisi terkini bangsa Indonesia ternyata tak luput dari perhatian para veteran pejuang Kemerdekaan. Demikian seperti H. Moehammad Din, Ketua Angkatan 45 Kabupaten Lahat, saat dimintai tanggapannya mengenai kondisi terkini bangsa Indonesia. Dengan sedikit menyesalkan, pria kelahiran Pagaralam 15 Oktober 1932 ini mengatakan, bahwa bangsa Indonesia saat ini sedang dilanda ‘penyakit’.
“Sekarang Indonesia sedang dilanda penyakit ‘Kornas’, (yaitu singkatan, red) Korupsi, Narkoba dab Suap,” ucapnya penuh sesal saat disambangi di kediamannya, Rabu (9/11).
Belum lagi, lanjutnya, ditambah penyakit yang baru-baru menjadi sorotan lantaran kedapatan dalam Operasi Tangkap Tangan (OTT) yang dilakukan Presiden Joko Widodo, yakni pungutan liar (Pungli). Karenanya, menurut Din, sudah selayaknya generasi sekarang menabuh genderang perang terhadap keempat perkara tersebut.
“Kita harus perang terhadap korupsi, perang terhadap Narkoba, perang terhadap suap, perang terhadap Pungli,” seru mantan prajurit Badan Keamanan Rakyat (BKR), Tentara Keamanan Rakyat (TKR), Tentara Republik Indonesia Pelajar (TRIP) dan Tentara Nasional Indonesia (TNI) era 1945-1949 ini.
Tidak hanya menyoroti masalah Korupsi, Narkoba, Suap dan Pungli. Suami dari Hj. Ningrum ini juga mempersoalkan masalah dunia pendidikan di Indonesia. Diceritakannya, pada zaman penjajahan terutama kolonial Belanda, hanya anak-anak kaum golongan tertentu saja yang diberi kesempatan menikmati pendidikan hingga jenjang tinggi. “Tidak sembarang mereka yang bisa sekolah, paling anak-anak kaum golongan ‘berdarah biru’. Artinya, pendidikan zaman penjajahan dulu sangat terbatas,” beber ayah dari tujuh anak ini.
Barulah pasca Kemerdekaan Indonesia, pendidikan di Indonesia terbuka secara bebas dari mulai tingkat Sekolah Dasar (SD) atau sederajat hingga perguruan tinggi. Karenanya, amat disayangkan jika masih banyak anak-anak yang putus sekolah. Padahal di sisi lain, lanjutnya, pendidikan itu sangat penting bagi generasi sekarang.
“Adalah suatu keberuntungan bagi generasi sekarang dapat menikmati pendidikan secara bebas. Untuk mengisi kemerdekaan itu kan diperlukan kemampuan. Dan kemampuan itu sendiri tentunya ada ketika seseorang memiliki ilmu pengetahuan. Nah, pendidikan merupakan sarana yang tepat untuk meraih ilmu pengetahuan bagi generasi sekarang,” jelas pria yang juga pernah menjadi anggota DPRD Kabupaten Lahat tahun 1969-1971 ini.
Sementara itu, disinggung mengenai kesejahteraan para legiun veteran, khususnya di Bumi ‘Seganti Setungguan’, dia berharap agar tunjangan veteran dapat dibayarkan penuh 100 persen. Sebab, diungkapkannya, selama ini tunjungan bagi legiun veteran hanya dibayarkan sebesar 50 persen saja dari total besan tunjangan.
“Saya tidak tahu pasti kendalanya, apakah masalah keuangan ataukah ‘human error’. Namun yang jelas saya pribadi sendiri sudah menyurati Presiden RI Joko Widodo perihal ini, termasuk Ketua LVRI (Legiun Veteran Republik Indonesia) pusat, Rais Abim,” terangnya.
Dalam rangka Hari Pahwlawan 10 November, ada satu cita-cita yang ingin diwujudkan oleh pejuang 45 ini, yakni bisa mengikuti upacara di Istana Merdeka. Menurutnya, adalah suatu kebanggan dapat mengikuti upacara di Istana yang dahulunya merupakan sentrum pemerintahan kolonial Belanda.
“Pengen sekali saya ikut upacara seperti 17 Agustus di Istana Merdeka. Karena kita merasakan betapa susahnya merebut Kemerdekaan Indonesia dulu. Sehingga, sangat membanggakan jika diberi kesempatan di Istana bekas sentrum Pemerintahan Kolonial Belanda itu,” ucapnya penuh harap seraya mengucapkan Selamat Hari Pahlawan.
Photo/Naskah : (BENS)
Editor : (UJANG, SP)
Lahat Hotline
